November 30, 2014

Flashfiction : Bukit Cinta

 Oleh : Aul Howler



    Katanya, bila sepasang kekasih menyatakan perasaan di bawah pohon satu-satunya di puncak bukit Liefde, maka semesta alam akan melindungi cinta mereka, membuatnya bertahan lama dan hanya maut yang sanggup memisahkan. Kudengar itu dari buku mitologi kebudayaan leluhur kami.

     Pecinta mana yang tak mendambakannya?

    Pagi ini adalah kali ketiga aku meminta Charlotte untuk menemuiku di puncak bukit. Ia tak tahu apa-apa mengenai mitos itu, membuat ku leluasa untuk mengajaknya tanpa menimbulkan rasa curiga. Dan ia selalu memenuhi permintaan ku. Walaupun setelah dua kali mencoba, aku selalu tak berhasil menyatakan perasaanku padanya. Aku ragu. Aku malu.

     "Sepertinya Kau amat menyukai tempat ini, ya?" tanya Charlotte.
     "Eh, iya.." jawabku terkejut. "Kenapa?"
     "Yah... ini sudah kesekian kalinya Kau mengajakku ke sini."

     Aku menunduk dengan pipi merona. Aku takut ia tahu apa alasanku yang sebenarnya. Tapi aku tak boleh membiarkan gadis ini mulai menerka-nerka apa tujuanku sering memintanya menemuiku di sini. Aku harus berhasil menyatakan perasaan ku padanya hari ini juga!

     "Charlotte.. Aku.. eh.. Aku sebenarnya..."
     "Apa?"
     "Aku... Aku memendam cinta. Padamu."
     "Maksud Mu?"
     "Aku ingin... Aku ingin kau mau menjadi kekasihku."

     Charlotte membelalakkan mata, tampak terkejut dengan apa yang kusampaikan padanya. Jantungku berdegup lebih kencang, melebihi hentak kaki Thor saat mengamuk di ujung samudera tempo hari. Tapi aku berusaha tenang, karena hal ini konon selalu terjadi setiap kali ada pasangan yang menyatakan cinta di bukit ini. Aku mengalihkan pandangan ke hamparan bebatuan cadas raksasa yang menyusun bukit terjal in agar wajahku tak merona di depan Charlotte.

     "Tapi... Kita tidak mungkin bersama..." bisik Charlotte.
     "Kenapa Charlotte? Kenapa?" potongku tak sabar.
     "Karena kau bukan seorang pria, Lidya. Aku tak bisa."

     Aku murka dan tak ingat melakukannya. Yang aku lihat setelah itu, tubuh Charlotte telah tergeletak tak bernyawa di salah satu ujung lancip batu cadas di kaki bukit Liefde.

     Ini jalan terakhir. Aku yakin semesta akan melindungi cintaku padanya.

-THE END-

*Telah dipublikasikan juga di majalah online kami, AOMAGZ.

20 komentar:

  1. kalau memang benar nanti aku juga nyatakan perasaan juga lah disana!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang bukit liefde itu ada ya?

      :)))

      *Kan ini fiksi*

      Hapus
  2. endingnya tragis bgt, & mengejutkan!

    BalasHapus
  3. makjleb.....semesta melindungi cinta sejenis...alamak...
    keren banget ceritanya..tapi kisahnya menyedihkan...
    keep happy blogging always...salam dari makassar :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe
      Iya memang. Kalau selalu happy ending kan gak seru juga :D

      Salam juga dari padang mas

      Hapus
  4. Hah.. Ya ampun.. Bisa-bisanya deh si Lidya ini. Hih! -_-

    BalasHapus
  5. aduuuuh tulisannya, romantic syekaliii sih aull,hahahaaaa...

    Happy December:)
    Halloooo from Borneo, Indonesia...

    visit Style with Story • | instagram •

    BalasHapus
    Balasan
    1. Romantic dari mananyaaaaaa hahaha

      Thanks kak ozi
      Hallo from Padang ^^

      Hapus
  6. tapi kenapa setragis itu Mas Aul.

    BalasHapus
  7. perasaannya siapa ya...eh aul romantis juga ya.... :)

    BalasHapus
  8. Ending nya TOP! Di luar dugaanku.

    BalasHapus

Thanks for dropping by!
Leave some comments here if you want. Use your gmail or blogger or google account to comment. If you do not have one, choose Name/URL.

For private comments or questions just send me email to Aulhowler@yahoo.com

Thank you :)