Oktober 31, 2017

Flashfiction : Remember Oktober


Namaku Oktober.
Dan ya, aku lahir di hari terakhir bulan Oktober, di sebuah desa pinggir lautan. Ayahku seorang pegawai rendahan di depot air minum isi ulang, dan ibuku seorang pencari kerang --yang setiap pagi mengumpulkan kerang-kerangan di pantai serta dataran pasang surut pinggir laut untuk dijual ke pengepul dari sebuah restoran Scallops di pusat perkotaan. Usiaku masih dua belasan, tapi aku telah berhenti mengecap pendidikan karena keadaan. Tapi setidaknya itu sama sekali bukanlah hal yang aku pikirkan karena aku masih punya harapan, aku masih punya impian.

Namaku Oktober.
Walaupun sangat menyukainya, tapi aku tak pernah merasakan sendiri bagaimana kebahagiaan merayakan pesta ulang tahun karena perekonomian keluargaku memang tak akan pernah bisa mewujudkannya. Dulu, aku sempat merasakan kesedihan karenanya. I mean, bocah mana yang tak sedih melihat teman-temannya merayakan ulang tahun mereka di rumahnya dalam warna warni balon, kelucuan badut, kemeriahan games, kelezatan cake serta snack bingkisan, dan oh-ya-ampun: keindahan ritual meniup lilinnya. Sementara aku, hanya di dalam mimpi dapat melakukannya. Jangankan untuk merayakannya, ayah dan ibuku bahkan tak peduli kapan aku dilahirkan ke dunia.

Namaku Oktober.
Sedari kecil ibu sudah mengajarkanku untuk meneruskan usahanya menjadi pencari kerang. Pun ayah, telah sejak dini mendidikku tentang cara membersihkan galon serta mengisi ulang air minum dari kran-kran, agar juga dapat melanjutkan pekerjaannya. Aku sudah bilang bahwa aku ingin menjadi seorang Birthday Party Planner, yang bisa mendapatkan uang karena meng-organize perayaan berbagai pesta ulang tahun. Sejak membaca tentang kesuksesan seseorang dengan profesi itu di majalah, aku terus-menerus menginginkannya. Aku memimpikanya. Namun kedua orangtuaku tak menyukainya.

Namaku Oktober.
Suatu hari ayah memukuliku karena perdebatan tentang merantau ke kota dan mewujudkan cita-citaku menjadi seorang Birthday Party Planner -- Ya ampun, God knows I love how it sound -- lagi. Ini sudah kesekian kalinya. Dan lagi, ibu hanya diam menyaksikan kemesraan kami, melihat bagaimana bagaimana aku babak belur dihakimi karena berani membantah keinginan kepala keluarga kami. Ayah bilang aku arus berhenti bermimpi. Ayah bilang aku haru mau menjalani takdirku sendiri.

Namaku Oktober.
Malam itu ulang tahunku, hari terakhir bulan Oktober. Dan aku menyalakan lilin yang tak akan pernah bisa kutiup. Lilin yang sangat terang nyalanya, dan membakar habis tempat yang kami tinggali beserta nyawa para penghuninya. Aku mewujudkan mimpiku dan kedua orangtuaku menyertainya. Aku membakar lilin ulangtahun pertamaku, yang juga lilin terbesar yang pernah menyala. Aku akhirnya merayakan oktober pertamaku, sekaligus oktober terakhir yang pernah ada.

-- THE END --


P.S.
I hope you guys like this story!
Lama nggak nulis cermin (Cerita Mini) / FF (Flash fiction) nih. Tiba-tiba aja saya kepengen lagi wkwk

39 komentar:

  1. Kalo aku yang menulis cermin ini pasti aku namai ia Juni,
    karna aku lahir bulan Juni :)

    BalasHapus
  2. Namaku oktober,
    :)
    fiksimini yah ni..?

    BalasHapus
  3. aaaw.. oktober mati bakar diri????

    BalasHapus
  4. Ada kekerenan terselubung dalam cerita mini ini bang.
    Entah gue yang hiperbola, atau emang anda menyengajakannya.
    Ada rima pada kalimatnya.
    Wah, suatu hal yang tidak mudah dan butuh banyak kosakata.
    /tepuk tangan untuk kita semua/

    BalasHapus
  5. Abah jugak ulang tahun di bulan Oktober Auuul!
    *komen kurang signifikan hehe*

    BalasHapus
  6. i'm Nopember, adiknya Oktober....nyimak sambil jalan-jalan ke Rumah maya bang Aulhowler, kali aja dapat inspirasi

    BalasHapus
  7. selamat di november
    selamat datang kondangan nikah >.<
    cerita bagus mas

    BalasHapus
  8. Wih, tokoh Oktober ini gila juga. Kemudian ingat cerpen Kebakaran gue yang berakhir serupa. Keren! Jadi makin seru bikin tulisan-tulisan fiksi gini. Wahaha.

    BalasHapus
  9. bagus ni mas penyusunan kata dan kalimatnya! top!

    BalasHapus
  10. yaaah jadi sedih dong kalau ini oktober yang terakhir, tapi keren cerminnya

    BalasHapus
  11. aku juga lahir di bulan oktober pada suatu malam jumat legi, tapi namaku bukan oktober

    BalasHapus
  12. October has the own story and it's special.

    xx,
    Kiko Kim

    BalasHapus
  13. Endingnya ngeri euy. Jadi pengin nulis fiksi lagi. Udah lama banget ga nulis. Hehe

    BalasHapus
  14. Kasian sama oktober harus dipukuli sama kepala keluarga :(

    Yang tabah oktober. Btw menyentuh bang cerita mininya apalagi dilanjut ke cerita pendek terus ke cerita panjang :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya huhuhu

      yang tabah gimana mas doi udah wafat kan

      hahaha ditampung sarannyaaa

      Hapus
  15. dia nyalain dynamite ya bukannya lilin :O
    *ngebayangin
    great story
    ffnya aul bagus2 deh

    BalasHapus
    Balasan
    1. AAAKKKK
      Terima kasih kakkk

      Padahal aku udah berencana nggak mau nulis cerpen/cerbung/cermin (flash fiction) lagi gara-gar akomen pengunjung pada nggak nyambung terus tiap bikin cerita wkwkwk

      Hapus
  16. Hihihihihihihi

    Tosss!*

    Thank youuuu
    Sennagnya heehehehe

    BalasHapus

Thanks for dropping by!
Leave some comments here if you want. Use your gmail or blogger or google account to comment. If you do not have one, choose Name/URL.

For private comments or questions just send me email to Aulhowler@yahoo.com

Thank you :)