Oktober 06, 2025

[Review] Film Rangga dan Cinta : Serupa Tapi Tak Sama

Well, Hello Muggles! Kali ini saya mau share tentang film yang saya tonton baru-baru ini. Buat kalangan Millenials dan Boomer, mungkin sangat nggak asing ya, dengan frasa "Ada Apa Dengan Cinta? (AADC)". Pasti langsung terbayang Dian Sastro dikelilingi teman-temannya yang seru, Nicholas Saputra yang jutek tapi ternyata menyukai sastra, dan Pak Wardiman yang jenaka. Yeah, film yang saya mau bahas ini adalah adaptasi dari film tersebut. Bisa dibilang remake, tapi versi musikalnya. Judulnya Rangga dan Cinta. Penasaran kan? Let's Go! 

Sinopsis Film

Film ini dimulai dengan Cinta (diperankan oleh Leya Princy), seorang gadis supel dan populer di sekolah sekaligus pengurus ekskul mading, secara tidak terduga kalah dalam perlombaan menulis puisi tahunan di SMA tersebut. Cinta dan para sahabatnya, Alya (diperankan oleh Jasmine Nadya), Carmen (diperankan oleh Daniella Tumiwa), Maura (diperankan oleh Kyandra Sembel) dan Milly (diperankan Katyana Mawira) menjadi sangat penasaran dengan siapakah sosok misterius tidak dikenal yang tiba-tiba memenangkan lomba bergengsi itu.


Adalah Rangga (diperankan oleh El Putra Sarira), seorang murid introvert kelas 3 SMA dari keluarga broken home yang sangat suka membaca buku sastra. Sikap alaminya yang cuek dan jutek membuat ia tidak berteman dengan hampir siapapun selain teman sebangkunya dan penjaga sekolah, Pak Wardiman. Ia tidak mengetahui, bahwa puisi iseng-iseng yang ditulisnya ternyata dikirimkan Pak Wardiman ke ajang perlombaan bahkan terpilih sebagai naskah pemenang. Maka, saat Cinta meminta untuk mewawancarainya demi publikasi mading, ia merasa tidak perlu beramah tamah menyetujuinya, membuat Cinta menjadi sangat tersingung dan muak, tapi justru semakin penasaran pada sisi misterius Rangga--yang menjadi awal mula polemik di antara keduanya.

Perjalanan perseteruan keduanya ternyata justru membuat keduanya  memiliki rasa ketertarikan, karena memiliki kesukaan yang sama pada dunia literasi dan penulisan puisi. Perlahan-lahan, Rangga mulai membuka diri pada perempuan pertama yang ia sukai selain Ibunya, Rangga bahkan membuatkan lagu khusus untuk Cinta. 

Demikian pula Cinta, yang juga mulai membuka diri pada orang yang sempat dibencinya. Ia malah sampai terobsesi dengan buku-buku bacaan Rangga. Bahkan, ia sampai menggubah puisi karya Rangga menjadi sebuah lagu juga-- yang kemudian mereka nyanyikan bersama, saat awal mula keduanya menjadi semakin dekat.

Sayangnya, semua tidak berjalan mulus. Cinta seringkali jadi harus rela kehilangan waktu bersama para sahabatnya demi bertemu dengan Rangga. Cinta juga terpaksa harus sering berbohong kepada para sahabatnya demi menutupi pertemuannya dengan Rangga. Termasuk ia juga harus berbohong kepada para sahabatnya tentang perasaannya yang sebenarnya pada Rangga. Karena, sangat mustahil untuk mengakui bahwa ia malah menyukai orang yang dulu telah ia nobatkan sebagai orang yang paling ia musuhi di sekolah.

Bagaimanakah kelanjutan kisah asmara Rangga dan Cinta?
Nonton sendiri deh yaa di bioksop!

Penilaian Pribadi Saya

Selama film ini berlangsung, saya (juga para penonton lainnya, I'm sure) benar-benar sangat dimanjakan dengan adanya musikalisasi adegan-demi adegan sesuai alur cerita diiringi lagu-lagu iconic super populer Ost film terdahulu AADC seperti "Ku Bahagia", "Suara Hati Seorang Kekasih", "Dimana Malumu", "Ada Apa Dengan Cinta", "Bimbang", "Ingin Mencintai dan Dicintai", dan "Hanya" yang keseluruhannya merupakan karya Melly Goeslaw. Menurut saya, ini adalah salah satu cara terbaik dalam mengadaptasi sebuah film legendaris. Para penonton jadinya kembali diingatkan dan bernostalgia dengan kenangan akan film aslinya, sampai tanpa sadar dibuat ikut bernyanyi-nyanyi saat lagunya diputar. 

Selain itu, di film ini juga ditambahkan beberapa lagu soundtrack baru yang lumayan bagus-bagus, walaupun ada yang saya kurang sukai. Yaitu lagu berbahasa inggris yang dinyanyikan oleh tokoh Borne (diperankan oleh Rafi Sudirman) saat akan mengeroyok Rangga ditemani geng-nya. Menurut saya, pemilihan lagunya kurang tepat, yang meskipun kalau disimak secara lirik, isinya sangat menggambarkan betapa tokoh Borne sangat tidak menyukai Rangga. Meskipun demikian, adegan pengoroyokan Rangga di film ini patut diapresiasi karena banyak scene kekerasan yang di-blur. Say No to Bully, Okayyy!!


Sinematografi dalam film ini amazing banget. Perekamannya modern, tapi vibes-nya jadul. Para crew berhasil menghadirkan kembali suasana era 2000-an yang klasik banget. Scene-scene di jalan raya membuat saya speechless, karena ada banyak mobil-mobil lama yang berderet di jalanan. Juga dari pakaian-pakaian vintage yang dikenakan seluruh tokoh. Itu dari mana woy asalnyaaaa hahaha. Hal yang sama juga bisa dilihat dari adanya telepon rumahan klasik dan barang-barang kuno lainnya yang khas seperti era film aslinya. Keren keren keren.

Hal yang menurut saya lumayan kurang adalah acting sedih pemeran Cinta--yang meskipun ia mampu menampilkan kecantikan alami seperti tokoh cinta di film aslinya dulu (diperankan oleh Dian Sastrowardoyo) dan mampu menampilkan keceriaan yang sama selama film berlangsung, sayangnya ia tidak mahir menunjukkan ekspresi sedih yang mendalam. Adegan iconic seperti saat ia seharusnya dapat tercengang dan meneteskan air mata seketika dalam satu scene saat mengetahui Alya dilarikan ke rumah sakit karena mencoba bunuh diri, menurut saya gagal banget. Saya bahkan tidak ikut sedih, sedangkan saat di film aslinya dulu, saya bahkan sampai meneteskan air mata. Menurut saya, acting sedih Jasmine Nadya yang memerankan Alya justru lebih bikin baper. She is good at touching heart! Acting pemeran Rangga juga bagusss. Jutek-jutek dan annoying khas Nicholas Saputra-nya dapet banget.

Hal lain yang juga agak kurang menurut saya adalah kemampuan vocal para pemeran film. Menurut saya, bahkan walaupun tidak semua aktor memiliki kemampuan menyanyi yang hebat, seharusnya para editor belakang layar masih dapat memperbaiki hal tersebut sehingga nyanyian-nyanyian yang ditampilkan dapat di-eksekusi dengan lebih indah. Some singing scenes were a little.... awkward. Bukan karena acting-nya aja ya, tapi juga secara kualitas nyanyian. Meskipun ini cuma film musikal dan bukan teater musikal live, menurut saya poin tersebut masih bisa ditingkatkan lagi. Walaupun, suara nyanyian El Putra terdengar cukup bagus. Hampir mendekati kualitas penyanyi solo pria di Indonesia yang populer akhir-akhir ini.

Terakhir, saya juga agak menyayangkan hilangnya beberapa scene-scene paling terkenal dari film ini seperti scene saat Cinta mengatakan "Lo mau diwawancarain buat mading sekarang? TELAT! Madingnya udah terbit!". Juga beberapa scene penting lainnya, kesannya jadi agak terburu-buru. Tapi semua bisa dimaklumi sih, karena durasi film yang banyak berkurang karena ada banyak lagu-lagu beserta koreografi yang ditampilkan dalam film adaptasi ini. Saya nggak tahu persis sih, apakah karena faktor finansial atau kesengajaan, sehingga filmnya tidak bisa dibuat lebih panjang lagi dan adegan-adegannya lebih lengkap. 

Sebagai film ulang dari "Ada Apa Dengan Cinta?", saya sangat menikmati film "Rangga dan Cinta" ini. Meskipun saya yakin, hampir semua orang juga memiliki ekspektasi yang lebih seperti saya. But that is okayyy film ini menurut saya sangat menghibur dan cocok untuk ditonton di akhir pekan. Termasuk ditonton remaja juga boleh, karena di film ini adegan ciuman sebelum scene terakhir juga sudah dihilangkan.

Sakian dulu postingan kali ini. Pro-kontra dan perbedaan pendapat itu biasa, jadi nggak boleh baper okay!

See you in the next post! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Thanks for dropping by!
Leave some comments here if you want. Use your gmail or blogger or google account to comment. If you do not have one, choose Name/URL.

For private comments or questions just send me email to Aulhowler@yahoo.com

Thank you :)